DINAMIS NEWS | BULUKUMBA - Dari diskusi santai di bawah gazebo, obrolan seputar nasi kebuli berubah menjadi pembicaraan serius tentang zakat.
Kapolsek, Danramil, tokoh agama, hingga penyuluh berkumpul dan sepakat: zakat harus menjadi gerakan nyata, bukan sekadar wacana.
"Kalau kita niat menyejahterakan ratusan orang miskin, tanpa harus menunggu proyek besar, insyaallah cukup dari potensi muzakki di Bontobahari ini," tegas Pimpinan Ponpes Al Mutahabbun, Ustadz Muslim Bahar. 27/09/2025
Nada diskusi menghangat saat H. Kardi, pengasuh Masjid Kapal Munzalan, mengingatkan keras: “Jangan coba-coba menipu Allah. Kalau tak dizakatkan, harta itu haram dimakan. Bisa jadi sumber penyakit.”
Kapolsek Bontobahari, AKP Kasman, merespons dengan terbuka. Ia bahkan siap didatangi untuk menghitung zakat pribadinya. “Biar semua bersih dan suci,” katanya, disambut senyum Camat A. Arfhan Syukri.
Namun, data menunjukkan tantangan. Dari puluhan yang diundang ke acara sosialisasi zakat, hanya segelintir hadir. Zakat, infak, dan wakaf (ziswaf) yang terkumpul stagnan.
Meski begitu, optimisme tetap hidup. "Bontobahari ini gudangnya dermawan. Layak jadi daerah percontohan zakat di Bulukumba," ujar Ustadz Muslim.
Diskusi ditutup dengan pernyataan tegas: zakat bukan pilihan, tapi kewajiban. Seperti kata H. Kardi, “Cepat atau lambat, kalau tak berzakat, tamatlah dirimu.”
Penulis : Ina